Cokelat adalah makanan istimewa yang kerap diasosiasikan dengan cinta dan kebahagiaan. Sebagian orang bahkan disebut “chocoholic” karena kecintaan mereka terhadap cokelat. Fenomena ini ternyata didukung oleh nutrisi dan bahan aktif dalam sebatang cokelat.
Chocoholic: Mengungkap Fakta dan Latar Belakang Kegilaan Terhadap Cokelat

1. Istilah dan Perilaku Chocoholic
Istilah “chocoholic” muncul menandai orang yang sangat menggemari cokelat hingga mengalami kecanduan atau craving. Craving merupakan tingkat motivasi tertinggi dalam konsumsi cokelat, melebihi suka atau lebih memilih cokelat dibandingkan makanan lain. Survei di Amerika Serikat menyebutkan cokelat adalah jenis makanan yang paling disukai dibanding kopi, cola, atau cokelat putih.
2. Cara Mengenali Penggila Cokelat
Untuk menentukan apakah seseorang penggila cokelat, digunakan kuesioner khusus bernama Chocolate Craving Questionnaire (CCQ). Pertanyaan meliputi intensitas keinginan makan cokelat, frekuensi konsumsi, dan jumlah yang dimakan. Penelitian dari University of Oxford menemukan penggila cokelat rata-rata mengonsumsi 370 gram cokelat per minggu dengan skor kesukaan 9 dari 10.
3. Wanita Lebih Suka Cokelat daripada Pria
Data menunjukkan lebih dari 70% chocoholic adalah wanita, terutama usia remaja. Kecintaan mereka terhadap cokelat tidak hanya karena citra romantis tapi juga siklus menstruasi. Keinginan terhadap cokelat paling kuat muncul beberapa hari sebelum dan saat menstruasi. Meski hormon tidak sepenuhnya menjelaskan fenomena ini, tekstur, aroma, dan rasa cokelat dianggap faktor utama.
4. Mengapa Cokelat Begitu Disukai?
Ada beberapa alasan mengapa cokelat sangat diminati:- Kandungan gula yang cukup tinggi memicu kecanduan rasa manis.- Lemak kakao memberikan sensasi meleleh yang khas di lidah.- Aroma cokelat sangat menggoda dan sering dijadikan varian rasa dalam makanan.- Cokelat berperan sebagai antidepresan alami, membantu memperbaiki mood.- Senyawa psikoaktif seperti metilsantin (teobromin dan kafein) memengaruhi otak dan perilaku.- Sumber magnesium yang dibutuhkan tubuh, khususnya wanita selama menstruasi.
5. Fenomena Chocoholic dalam Masyarakat
Meski Indonesia tergolong negara dengan konsumsi cokelat rendah, kelompok penggila cokelat nyata ada di negara-negara Barat. Dampak negatif dari kecanduan cokelat masih perlu penelitian lebih jauh dalam hal kesehatan dan perilaku konsumsi.
Cokelat memang telah lama menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup. Bila kamu termasuk pencinta cokelat, ketahui bahwa kecintaan itu bukan sekadar tren, melainkan fenomena yang punya latar belakang ilmiah menarik. Menikmati cokelat dengan porsi wajar bisa menjadi bagian dari kebahagiaan sehari-hari.